Selasa, Februari 21, 2006

Aku takut....Aku takut pada manusia-manusia tanpa wajah yang berjalan bergerombolan, mengikuti setiap langkahku menghampiri setiap inci dan meraba perlahan-lahan tengkukku. Dingin dan mengejutkan, seperti waktu dan detik terhenti, tetapi yang aku rasakan ketika sepasang tangan halus menyentuh kulit tanpa guratan ditengkukku. Aku yakin manusia-manusia tanpa wajah itu tidak pernah tidur. Tidak mengenal erti terpenjam dan terbenam matahari dan timbulnya bulan. Aku tahu setiap detik aku terlena mereka akan melompat masuk memunculkan diri untuk singgah sejenak dalam mimpiku. Tetapi di dalam mimpiku mereka tidak menakutkan kepadaku malah kelibat mereka tidak langsung membuatkan ku goyah dan mereka tidak dapat menyentuhku. Aku hanya dapat melihat mereka berjalan bergerombolan dari jauh, seakan-akan ingin mendekatiku namun seperti ada tembok halangan yang tidak ditembus mereka. Dan disaat aku terjaga dan terbangun dari tidur seluruh tubuh telah dibasahi oleh keringat yang mengiringi nafasku yang tersengal-sengal. Sesak nafas. Mengapa mereka selalu mengikutiku? bukankah telah kuletakkan jeriji besi diseluruh penjuru ruangan bilik ini?bukankah telah kupasang azimat pengusir dileherku? tetapi mengapa? Mengapa mereka tidak berhenti berkunjung mengikutiku disetiap langkahku. Aku takut! Aku takut mereka datang bukan hanya untuk menyentuh tengkukku. Aku takut mereka datang untuk melakukankannya.........!Tetapi manusia tanpa wajah itu pernah berkata mereka datang untuk menagih sesuatu. Mereka....akan datang lagi... Kali ini tidak segerombolan seperti selalunya, hanya satu lembaga tinggi besar tanpa wajah yang berlari menghampiriku. Mungkin mereka akhirnya telah mengutuskan sebuah lembaga yang terkuat untuk mencekikku. Tapi aku salah. Lembaga tinggi besar itu hanya menyentuh tengkukku dengan sangat perlahan. Terasa begitu nikmat pada awalnya namun begitu mengerikan ketika manusia tinggi besar itu tertawa mengilai. Ya, lembaga tinggi besar itu tertawa. Aku terlihat lembaga itu ketawa dengan gambaran wajahnya yang kosong, namunjelas kedengaran tawanya yang mengerikan itu. Malam ini aku baru selesai melihat cermin didepanku. Tetapi apa yang kulihat diriku saat ini,wajahku!...wajahku..mengapa tiba-tiba hanya ada separuh didalam cermin. Sisa wajahku seperti putih kosong umpama kertas yang belum tertulis. Seperti lembaga manusia tinggi besar yang datang lewat siang tadi. Jelas sekali lemabaga itu telah mencuri sebahagian wajahku. Apakah aku akan menjadi salah satu dari manusia-manusia tanpa wajah itu? apakah mereka akan kembali untuk mencuri wajahku? apa yang harus kulakukan? Tidak aku tidak akan menunggu. Aku harus pergi dari sini dan berlari. Manusia-manusia tanpa wajah itu telah datang menghampiri dari kejauhan. Aku harus terus berlari saat ini juga. Terus berlari...tanpa henti.

Akhirnya aku terperosok ditempat ini. Sebuah lorong gelap yang teramat panjang namun masih dapat kulihat hujung akhirnya. Mungkin sebuah imaginasi atau seekor setan yang tidak sedar diri yang menghantarku dengan paksaan ditempat ini. Aku tidak ingin disini namun aku tidak terdaya melawan. Aku terjelepuk jatuh berkecipak digenangan air yang mematulkan diriku didalamnya. Melihat rupaku seperti dimamah usia yang cepat berjalan, aku seperti ingin lahir kedunia anak kecil yang tidak mengenal hukuman, hanya kepatuhan. Aku seperti orang bodoh bersama lembaga manusia gembala yang menghantarku menuju kedataran luas, yang berkerumun rumput-rumput segar. Menghalau menuju impian, menggiring ke arah pemangsa-pemangsa lembaga itu. Dan lorong-lorong itu masih menatap curiga. Sesekali tubuhku tidak sepi keseorangan dikala kaki-kaki lembaga seperti pasrah pada tatap matanya. Meninggalkan jejak yang bukan satu-satu, setapak menuju hujung yang lain. Lembaga disekeitarku tersenyumnya basah, hari lembab sejak hujan disaat aku berlari jauh. Sudah tiga hari langit menangis, awan-awan diam menyimpan rapat peristiwa. Yang berarak hanya khabar berita kosong dan gurh bergegar garang, kilat memberi tanda sebuah seru. Pada dinding-dinding awan tergambar lorong jauh terlukis seluruh gambaran sejarah kehidupanku saat daripada aku pertama kali merintih menghirup nafas pertamaku didunia sehingga saat-saat terakhir sebelum aku dicampakkan ke tempat ini. Semua terpampang jelas walau gelap menutupi perlahan-lahan gambar-gambar kehidupan aku yang lalu. Aneh sekali gambaran yang terlukis dipermukaan canvas kelabu itu dapat bergerak, menceritakan dengan penuh nafsu setiap perkara yang pernah berlaku dalam hidupku dahulu. Tetapi mengapa dalam gambaran itu hanya terdapat diriku? Tiada siapapun yang muncul dalam gambaran kehidupanku. Hanya ada aku. Sendiri. Bukankah hidupku diwarnai oleh manusia yang bermain dalam hidupku yang dulu?. Aku takut. Lorong ini begitu menakutkan. Bukan kerana kegelapan atau asing buatku. Tapi gambar-gambar itu yang membuatku takut. Gambar-gambar itu membuatku takut akan kesendirian. Aku ingin berlari keluar menuju ujung lorong yang tadi yang menghantarku kesini sebentar tadi. Aku tidak dapat bertahan berada di lorong ini memerhatikan setiap lenggok susuk gambaran diriku sendiri. Aku tidak sedar disaat kakiku tidak kaku berdiri tetapi telah berlari menelusuri lorong ini. Tiba-tiba gambar-gambar itu bersuara. Berteriak. Merintih Pedih. Suram. Membuatku mempercepat larian sehingga tiba dihujung lorong ini. Dan disinilah kini aku berada. Sebuah ruang tanpa batas. Mataku tidak sanggup menangkap apa yang berada di depan. Semuanya putih. Ruang ini tidak terang, ruang ini putih. Hanya putih. Tidak ada apapun atau sesiapapun dalam ruangan ini. Hanya aku terselubungi warna putih. Ini lebih menakutkan dari lorong gelap tadi. Dan aku tercegat. Lalu......

Tiada ulasan: