II DIMENSI
IIX
Dia baru selesai mengerjakan sesuatu yang mungkin membuatnya merasa bahagia. Dia tersenyum dengan raut kepuasan di wajahnya. Dia membersihkan peralatan yang telah berlumur najis itu, dia membilasnya dengan air sampai bersih. Dan, kilatan matanya itu seperti sebuah lampu yang menunggu dan penuh cahayanya. Ya, dia telah melakukan pekerjaan yang paling berat dan paling disukai semenjak dia bekerja disini!
Jam 2.30 malam, dia berada di bangunan itu. Dan dari celah daun jendela
"Aku dengar macam-macam terjadi sejak kebelakangan ini"
Dia hanya diam. Membisu. Tidak sempat mengucapkan sesuatu.
"Mungkin kejadian 5 tahun dulu berulang kembali!!" Jawab seorang wanita di sudut meja pertanyaan.
Dia letih rasanya kerana beban yang terakhir dia pikul atau sudah sekian lama dia berusaha menahannya. Hingga rusukku yang telah dipatahkan, daging-dagingnya dimakan ulat-ulat. Begitu cepatnya waktu berlalu. Tetapi segalanya telah menjadi abu-abu yang berterbangan. Seperti dia merasa lelah ketika malam tiba.
Demikianlah. kecurigaan yang datang. Sebuah trauma akan masa lampau, menjadi cerita yang sukar dinyatakan. Bisikanpun akan membuat mereka menangis tanpa ada satupun meratap. Sebab ratapan mengundang maut, dan bibir akan terkunci selamanya. Kehidupan yang mengajarkan begitu.Tugasnya perlu diselesaikan Tetapi, kenyataan kembali memaksa. Tangis kini masih berlanjut, hingga peti ditutup. Dipaku kembali ke setiap sisi, walau tepian telah hancur dimakan tua. Setua pesanan jahat yang melekat padanya. Bukankah kematian menjadi teman diliang kubur dan peti mati. Setelahnya semua yang hidup akan pergi, dan sejarah menjadi ziarah masa lalu. Semua terkubur rapi tidak lagi berbau. Walau betapa kelamnya masa lalu yang pernah ada mengisi hari-hari. Kami meninggalkan tanah yang kembali merekah, basah oleh tangisan dan kenangan masa lalu.
Di satu sudut, sesosok tubuh tergeletak, bersimbah darah. Sementara, pagi telah begitu terang. Dia melakukannya untuk menolong pesakit itu menanggung penderitaan lebih lama. Supaya semua pesakitnya tenang dengan menamatkannya. Dia
Dia akan kembali lagi dengan jiwa-jiwa yang rapuh. Sekeras mentari yang menggiring waktu, setiap detik terucap doa yang dipinta. Sedikit yang berjaga-jaga pada kesalahan lalu, lumpur dosa berulang ada tertinggal pada jejak-jejak hidup yang melangkah. Dan syaitan menjadi anjing-anjing dengan hidung kembang kempis membaui langkahnya, liurnya menitis hangat bersama lolongan panjang. Dirinya, dulu wujud suci tiada kenistaan, kini kian menangis mencari jalan. Dia yang banyak keterbatasan ingin menjadi makhluk sebenar tetapi wujud kesempatan untuk melakukan dosa.
Dia akan datanggggg lagi, agi, lagi, lagi, lagi dan lagi untuk menolong pesakitnya!
Tiada ulasan:
Catat Ulasan