Isnin, Julai 24, 2006

DANSA CINTA AMBIGIU

kemana kau pergi?
membawa kakimu hari ini
panas yang
membakar jantung kota
di tengah jalan
daun-daun berguguran
menutup segenap luka

ku lihat kau
tengah mengusap wajah
dengan punggung tangan
dan kemudian
kau kenakan kacamata,
orang-orang takkan tahu
renungan mata indah sayu
dibalik kaca hitam berbingkai itu

seperti diriwayatkan
tiada abadi
hanya sederet kata kalimat
pada sebuah buku harian
yang setia berada
dicelahan tangan
untuk dikenang
saat kau
kesepian

setiap titisan airmata
menyimpan makna
tapi kau
tak pernah peduli
sesiapa pun takkan peduli
bukankah kesedihan
laksana lukisan
terjaja
di setiap
kelok-kelok jalan


Catatan Ambigiu: akhirnya dia bertemu di koordinat itu, koordinat diruang, waktu dan kepantasan melakukan persenggamaan. Sebenarnya dia tidak mengerti bagaimana dia terhanyut dalam percintaan ruang dan waktu. Tetapi di koordinat itulah dia dapat merasai ghairah ketiganya. Mengental dan melumat ion-ion kesedarannya. Seketika, dia merindu pada lompatan kuantum. Lompatan-lompatan yang akan membawanya melihat dimensi-dimensi lain percintaan mereka. Namun, rindu memang tertinggal sebagai sebentuk rasa yang nisbi. Lalu dia tersedar. Saat melihat dimensi-dimensi itu, dia akan mengalami supernisbah, menyusut dan menciptakan lubang hitam kefanaan. Ya, memang di koordinat itulah mereka bertiga bercinta. Mungkin apabila dia mengerti pengiraan keatas kepantasan, maka dia telah berjaya menembus libido mereka. Namun, meskipun pergulatan cinta ketiganya tetap menjadi misteri, dia tahu, di koordinat itulah Tuhan menyapanya.

Tiada ulasan: