Sabtu, Januari 06, 2007

Mengajar Aminah


Tapi otak budak itu seperti buntu. Dia tidak hanya membaca tanpa memahami huruf-huruf itu setiap malam. untuk melawan kata-katanya? ada tembok runtuh bila dia tidak ada jawapan yang ampuh. Budak itu tersungkur di atas lantai di depan dan memecah keheningan malam, hingar-bingar merangkak dan bangun dengan goyah. telinganya berdengung, berjalan menuju ke tempat tidur, berbaring mengiring menyembunyikan sebelah pipinya yang biru lebam, dia hendak tidur selama-lamanya. Anak patungya yang sudah hampir tiga puluh tahun tidur dengan nyenyak, siang dan malam, berbaring dengan mata yang pejam.1 keluhan yang lahir dari rahim jiwanya, akan menghembus dengan kuat sehingga kain langsir di tepi jendela berdekatan dengan tempatnya tidur akan bergoyang-goyang meraka akan berkejar ke situ, terjenguk-jenguk di pintu, yang kecil menyelat di celah-celah kaki, menahan nafas dengan dada berdebar-debar memandang sesuatu.

Budak itu mengipas-ngipas dirinya dengan suratkhabar sebelum membacanya, menjeling dua buah almari penuh dengan buku, buku-buku tebal, buku-buku nipis, sebuah radio besar terletak di atas peti ais penuh dengan barang-barang perhiasan, gelas dan cawan dan seekor lipas sedang makan robekan kertas. Budak itu mengeluarkan sebatang rokok Benson & Hedges memarakkannya lalu menghisapnya, menguap dan memandang ke luar jendela, matahari memancar panas, sebuah kereta hitam fiat lalu, debu-debu berterbangan kemudian mendap ke tanah semula. Aminah wanita berkulit cerah menangis teresak-esak dan sebentar kemudian wanita berambut panjang menyecah bahu ini pun rebah pengsan di pangkuannya.

Tiada ulasan: